07 December 2008

Bolt

So, most of my friends pulang ke Indonesia hari ini. Huh. Jadi sedih malah. Kok kayaknya jadi sepi?

Hmm. Hari ini ke gereja dan ada satu pemulihan besar yang gue alami. Ini masalah hati, haha, gak bisa gue ungkap semua disini. Hmm, yang pasti, khotbah hari ini mengena banget. Salah satu poin yang ngena banget adalah to ask with hunger. Mungkin selama ini lu tau bahwa mintalah maka kamu akan diberi. Tapi sayang kita nggak meminta dengan sikap hati yang lapar untuk mendengar Firman.

Jadi inget pas gue ikut camp pria sejati. Yang gue lihat disana bukan orang yang gak mau berubah. Memang banyak mereka yang datang dengan segala kesombongan, tapi pas mereka ngedenger Firman, mereka sadar bahwa hidup mereka harus berubah, dan mereka datang sujud di altar dengan hati yang penuh kerinduan untuk berubah. Dan Tuhan melawat hidup mereka dahsyat banget.

Gue juga masih sering begini. Gue minta sesuatu sama Tuhan, tapi gue gak minta dengan sikap hati yang lapar. Gak dengan hati yang sepenuhnya.

Terus tadi pulang ke Suntec, makan di Kenny Rogers. Well, mahal banget. S$19.70 buat ayam seperempat ekor, nasi, makaroni keju, sama Coke. Tapi beneran deh, nasinya bukan nasi biasa, enak gitu lah, makaroni keju-nya enak banget, ayamnya enak, rasanya mirip ayam goreng Diamon, cuma lebih kering dan bumbunya lebih berasa. Cuma, kalo menurut Chef Bara di tipi yang pernah gue tonton, ayamnya matengnya gak pas. Kalo ayam yang matengnya pas, daging sama tulangnya gampang banget dipisahin. Tadi ayam yang gue makan gak begitu.

Selesai itu gue bersepuluh ( bareng Leo, Dank, Philip, Vincent, Hans, Felic, Winong, Kenneth, Errand ) nonton Bolt. Beneran itu anjing sih lucu abis loh. Hahahaha.

Tapi ada satu hal yang gue pelajarin tentang friendship dari film itu. Ceritanya si anjing Bolt ini berpisah dari majikannya, ketemu sama si kucing Mittens dan si hamster Rhino. Satu ketika si Mittens dan Bolt berbeda pendapat, dan keduanya berpisah. Tapi akhirnya mereka bertemu lagi setelah si Rhino bilang, "Friends always be there for you." Jadilah mereka bertemu lagi.

Comparing to real life yang gue alami sekarang, gue ketemu sama orang-orang baru, temen-temen baru. Somehow gue ngerasa kalo semua itu superficial, di permukaan doang. Tapi akhirnya gue bisa ngerti kenapa semua itu bisa terjadi. Karena gue belum kenal mereka baik. Frankly belum ada masalah sama sekali lah. Hehehe. Justru dari film itu gue bilang malah gue bakal kenal temen2 gue lebih baik ketika ada masalah yang dateng di dalam hidup gue.

Satu contoh, pas study tour kelas tiga, gue sama omenk pernah marahan. Pas lagi di jalan gitu sih. Tapi justru ketika dia marah sama gue dan gue minta maaf, gue dan dia bisa lebih deket dan kita bisa lebih kenal satu sama lain. Ato pas Pascal marah-marah sebelom kta berangkat live-in. Kita, dalam hal ini semua anak kelas gue jadi kenal baik sama dia dan sifat-sifatnya.

Jadi inget, suatu ketika gue pernah baca tentang batas-batas. Tentang perlunya kita untuk memasang batas-batas. Kemarahan itu adalah ketika batas-batas yang elu pasang dilanggar. Batas-batas menentukan kita, kemana arah hidup kita. Ketika Pascal marah, kita semua jadi tahu apa yang menjadi batas-batas dalam hidup Pascal. Batas-batas itu ibarat pagar rumah. Menjadi penanda mana yang 'aku' dan mana yang 'bukan aku'. Kalo ada orang tak dikenal melanggar pagar rumah tanpa izin, lu pasti marah kan? Seperti itulah batas-batas, ketika ada seseorang melanggar batas-batas kita, kita pasti marah. Itu reaksi wajar yang kodrati kita sebagai manusia. Dan ketika kita marah, orang jadi tahu dimana batas kita dan berusaha untuk tidak melanggar di lain waktu.

Lho kok jadi panjang?

Emang kok kalo gue udah mulai nulis tentang hal kayak gini bisa terus-terusan gue cerita, hehehe.

Hmm. Udah dulu yah. Bye. See you tomorrow, for another activities. Bye.

No comments: